🕌 Musafir: Hukum Sholat & Ibadah Saat Safar

Apa Itu Musafir? Dalam terminologi syariat Islam, musafir adalah seseorang yang melakukan perjalanan jauh (safar) dengan jarak tertentu. Status musafir memberikan keringanan (rukhshah) dalam beberapa ibadah, termasuk sholat dan puasa, sebagai bentuk kemudahan dari Allah bagi hamba-Nya yang sedang dalam perjalanan.

ElysianGo Team

9/23/20251 min baca

Batasan Safar: Kapan Seseorang Disebut Musafir?

Mayoritas ulama menetapkan bahwa seseorang dianggap musafir jika:

  • Menempuh jarak sekitar 80–90 km dari tempat tinggalnya.

  • Berniat tinggal di lokasi tujuan kurang dari 4 hari.

  • Memenuhi syarat tidak menjadikan tempat tujuan sebagai tempat tinggal tetap.

Jika ketiga syarat ini terpenuhi, maka ia termasuk musafir syar’i dan berhak atas rukhshah.

Keringanan Sholat untuk Musafir

Berikut adalah beberapa bentuk keringanan ibadah yang dapat dinikmati seorang musafir:

1. Sholat Qashar

Mengurangi jumlah rakaat:

  • Sholat Dzuhur, Ashar, dan Isya menjadi 2 rakaat.

  • Tidak berlaku untuk Maghrib dan Subuh.

2. Sholat Jama’

Menggabungkan dua sholat:

  • Dzuhur + Ashar (Jama’ Taqdim atau Takhir).

  • Maghrib + Isya (Jama’ Taqdim atau Takhir).

  • Tidak boleh menggabungkan Subuh dengan sholat lain.

3. Tayammum

Jika tidak ada air dalam safar, maka tayammum diperbolehkan.

Hukum Puasa bagi Musafir

  • Boleh berbuka (tidak berpuasa) jika safar dirasa menyulitkan atau melelahkan.

  • Boleh tetap puasa jika merasa kuat dan tidak memberatkan.

  • Namun, jika tetap puasa namun menimbulkan mudarat, lebih utama untuk berbuka.

Adab Musafir dalam Islam

  1. Niat dan Tujuan Baik

    • Safar sebaiknya untuk tujuan yang mubah atau ibadah, seperti umrah, haji, silaturahmi, atau mencari ilmu.

  2. Sholat Safar Saat Berangkat

    • Disunnahkan membaca doa safar dan sholat dua rakaat sebelum berangkat.

  3. Tidak Melalaikan Ibadah

    • Meski dalam safar, tetap wajib menjaga kewajiban seperti sholat tepat waktu.

Kesimpulan

Islam adalah agama rahmat yang memberikan kemudahan dalam setiap kondisi. Musafir diberikan banyak rukhshah agar tetap bisa menjalankan ibadah dengan ringan, tanpa mengurangi nilai ketaatan kepada Allah. Namun, penting untuk tetap menjaga adab dan semangat ibadah saat dalam perjalanan.